Di Selandia Baru, Jadi Peternak Sapi Bisa Beli Pesawat dan Kapal Pesiar
Thursday, August 14, 2014
Edit
Jakarta -Nasib para peternak sapi di Indonesia dilukiskan dengan kemiskinan, pendidikan rendah, dan terbelakang. Berbeda dengan Indonesia, nasib peternak sapi di Selandia Baru jauh lebih baik, bahkan mayoritasnya kaya.
Hal ini diungkapkan salah satu peternak asal Kuningan, Jawa Barat Rahardian Dwi Cahyo yang mendapatkan beasiswa belajar beternak di Selandia Baru selama 3 bulan dari produsen susu Fonterra.
"Banyak hal yang saya ingin ceritakan saat saya ke Selandia Baru. Di sana (Selandia Baru) penduduk berpikir hanya ingin menjadi peternak sapi. Cita-cita orang di Selandia Baru mayoritas menjadi peternak sapi," kata Rahardian saat memberikan pemaparan kepada media di Gedung Kementerian Pertanian (Kementan), Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (4/6/2014).
Kesuksesan masyarakat Selandia Baru menjadi peternak sapi menyebabkan kebutuhan hidup para peternak sapi terbilang cukup tinggi. Mayoritas memiliki pesawat Cessna dan kapal pesiar di Selandia Baru adalah berasal dari golongan peternak sapi.
"Pesawat seperti Cessna dengan harga 100.000 dolar NZ banyak dimiliki peternak sapi. Selain sebagai hobi, pesawat jenis Cessna ini bisa digunakan untuk menyebarkan pupuk ke ladang terbuka. Jadi peternak sapi di sana cukup mewah. Peternak di sana juga banyak yang punya kapal pesiar. Kalau weekend mereka biasanya berlayar. Ini sebagai motivasi kepada peternak sapi di negara kita," tuturnya.
Salah satu yang mendorong kesuksesan para peternak sapi di Selandia Baru adalah, dukungan pemerintahnya. Salah satu bentuk kebijakannya adalah, para peternak sapi cukup mudah mendapatkan lahan gembala dengan harga yang cukup murah. Lalu kemudahan lainnya adalah mendapatkan bantuan pinjaman perbankan.
"Pemerintah di sana konsen kepada animal welfare. Kalau kurang lahan sapinya peternak dapat teguran. Pembelian lahan di sana melalui agen, tetapi dengan harga yang murah, per meter sekitar Rp 5.000-10.000. Di Selandia Baru perbankan bisa handle modal hingga 50%," katanya.
Ia mencoba membandingkan hal itu dengan yang ada di Indonesia. Hasilnya berbeda, harga lahan di Indonesia cukup tinggi dan perbankan di dalam negeri sulit memberikan pinjaman ke peternak sapi karena risiko yang cukup besar.
"Di Kuningan, Jawa Barat saja harga tanah per meter Rp 70.000-80.000/meter persegi. Bank sulit masuk karena risiko," cetusnya.
sumber
Related Posts